Tes Minat Indonesia, dari Indonesia untuk Dunia Melalui London

The last, but the greatest boleh dijadikan sebagai salah satu kata mutiara yang menjadi motivasi dalam benak saya. Saya masih ingat ketika masuk SMA Titian Teras, SMA terbaik di Propinsi dan peringkat 25 UN se Indonesia. Saya ditertawakan oleh teman sewaktu SMP ketika bercita-cita ingin sekolah disana. Saya hanya juara 5 dikelas, umumnya juara umum sekolah bisa masuk sana. Formulir pendafaran sekolah datang ke sekolah H-1 pengumpulan, lantas saya berbegegas siapkan mahan dan mendaftarakan diri. Serentak teman saya tidak berhasrat untuk ikut karena waktu yang mepet dan harus bayas SPP-sebelum gratis. Saya ikut tes akademik dan merasa biasa saja. beberapa saya tidak kesekolah karena pasca UN, ternyata saya ditunggu bahwa saya lulus tes akademik. Saya lantas mencari teman yang juga ikut mendaftar, ia lulus dan sudah berangkat ke Jambi.

 

 

Saya pun sampe di sekolah 12 Ha tersebut,dimana saya adalah rombongan Kerinci yang terakhir melakukan wawancara/Pantuhir. Hal yang istimewa saat wawancara kemampuan bahasa Inggris saya yang bagus dibandingkan peserta lain. Pengumuman kelulusan dilakukan malam hari sekitar pukul 12,00 – orangtua meminta untuk pergi  ke kota jambi sehingga keesokan hari saya mengambil amplop kelulusan. ternyata saya dinyatakan LULUS dan siap-siap masuk asrama dua minggu lagi. Saat berada di asrama, saya berdiri paling belakang karena pendek. di kelas dan satu angkatan saya memiliki NEM terendah, hampir DO, dianggap lucu2an sama senior,  juara 4 dari belakang (28 dari 32) dan dihukum teruz. dalam situasi terpuruk tersebut, saya bertekad nanti saat saya akan menjadi nilai UN tertinggi. Saat kelas 3 masuk kelas IPS, sudah sadar dari awal, walaupun menginginkan IPA.

 

Saya ditanya? mau kuliah dimana? saya jawab mau kuliah di UI HI ? tertawa mengejek karena grading paling tinggi se-indonesia untuk IPS. Mau jadi diplomat? bukan, mau bikin perusahaan berkaliber dunia? perusahaan apa? tidak tahu, pokok yakin jawab saya saat ditanya. Tidak ada istimewa saat kelas 3, cuma saya belajar bahasa Perancis,  mempelajari politik internasional melalui koran republika dan tentunya berhasil jadi juara 1 ips. saat itu, idola baru muncul di Titian Teras. Saya tidak pernah merasa bisa juara dan melepaskan juara 1 tersebut. saya berpikir bahwa di semester 2 saya ranking 1 dari belakang, ternyata tahta saya tetap bertahan. saya berhasil juara ips, nilai UN tertinggi 3 pelajaran, nilai UTBK tertinggi dan tentunya UN Ekonomi hampir 10. Namun, saya ditertawakan lagi karena gak jadi masuk UI HI, tetapi Psikologi UI.

 

 

ketika selesai pendidikan S2 profesi psikolog saya, saya membuat Tes Minat Indonesia untuk penjruusan kuliah. Tes tersebut saya presentasikan di London pada tahun 2019. Saya lantas mencari Penerbit Pearson dan saya berdiri di menara, penerbit tes tersebar di dunia. Seminggu kemudian, saya tanpa sengaja melewati Paris University tempat pertama kali tes psikologi modern dibuat. Saya pun belajar Psikometrika dengan professor satu-satunya di Indonesia. Si Cerdas Indonesia telah dibuat, tes penjurusan kuliah on line. Apakah sebuah pertanda bahwa mimpi saya saat di SMA menuju nyata.

author

Author: 

Related Posts